Menghitung Berkah Melalui Teologi Rezeki

DREAM UIE
(Diskusi Rutin Ekonomi Islam UIE)

"MENGHITUNG BERKAH MELALUI TEOLOGI REZEKI"


Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ekonom Rabbani, Bisa!

Alhamdulillah ..
KSEI UIE UINSU telah melaksanakan DREAM UIE dimana kajian kali ini membahas mengenai Menghitung Berkah Melalui Teologi Rezeki. Pemateri kali ini langsung dibawakan oleh Abangda Deni Prasetio, SE selaku Ex Presiden KSEI UIE UINSU Periode 2017 - 2018. Berikut rangkuman kajiannya:


Menghitung Berkah Melalui Teologi Rezeki.

Islam mewajibkan setiap individu berusaha untuk mencari rezeki dengan cara yang baik, halal dan bersih supaya rezeki yang memperoleh diridhai Allah. Allah memberi keutamaan kepada manusia dengan menganugerahi sarana yang lebih sempurna dibandingkan makhluk yang lainnya, yaitu diberikan akal, pikiran, agar dapat berikhtiar dalam mencari rezeki. Allah Swt memberikan rezeki kepada siapa saja baik mukmin, kafir, tua, muda, laki-laki, perempuan semuanya akan mendapat bagiannya masing-masing, karena Allah adalah Maha Penjamin atau Pemberi rezeki.
Sebagaimana disampaikan dalam Surah hud : 6
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lāuh mahfuẓ).”

Rezeki tidak akan datang melainkan manusia mau berusaha dan berikhtiar kepada Allah, sama halnya dengan rezeki yang dijanjikan Allah dan diberikan secara tidak disangka-sangka kepada orang-orang yang mau bertakwa dan tawakal kepadaNya.

Dalam kajian ini pemateri membahas tentang Menghitung Berkah Melalui Teologi Rezeki. Berkah sederhana nya seperti kata riba, tetapi berbeda makna dan artinya. Jikalau berkah itu adalah Ziyadatul khair (Bertambahnya kebaikan). Sedangkan riba adalah Ziyadatul bathil   (Bertambahnya nilai yang batil atau salah). Jadi, rezeki yang berkah itu akan menambahkan nilai kebaikan yang berlebih bagi orang yang menerimanya baik itu merasakan kecukupan, ketenangan dan kebaikan-kebaikan yang lain dalam memanfaatkan rezeki.

Untuk mendapatkan rezeki yang berkah, kita harus memiliki sifat jujur dan amanah dalam melakukan  muamallah untuk mencari rezeki, dan harus dilakukan dengan niatan yang baik. Apabila seseorang memiliki iman yang kuat maka ia akan mencari rezeki dengan cara yang benar untuk memperoleh keberkahan, dan apabila seseorang tersebut bertaqwa kepada Allah maka ia akan selalu melibatkan Allah dalam mencari rezeki sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Menghitung berarti dapat dijumlahkan dan ditafsirkan nilainya, yang dalam hal ini mengitung berkah berarti keberkahan yang kita dapat itu bila kita hitung oleh diri kita sendiri berdasarkan iman dan takwa atas rezeki yang kita terima.

Islam sebagai rahmatanlil ‘alamin hadir dengan tuntunan yang terbagi atas syariah, akidah, dan akhlak. Jika kita kaitkan dengan konsep ekonomi, islam adalah agama yang telah allah turunkan syariat (seperti keharaman riba). Oleh karena itu, kita percaya yang dalam hal ini adalah akidah atau keyakinan. Sehingga membuat hambah nya menjauhi serta jujur dalam muamallah.

Dalam beberapa penjelasan diatas, bisa kita simpulkan bahwa keberkahan rezeki yang ada dan kita dapatkan itu seberapa besar atau kecilnya, berdasarkan iman dan taqwa kita kepada allah dengan selalu berusaha dan berdoa dan  menyakini tauhid atau teologi kita. Allah ssebagai pemberi rezeki yang adil dan maha besar, bahkan tidak mungkin rezeki itu salah sasaran. Karena setiap orang itu punya porsi atas rezeki yang telah tertulis di lauhul mahfuzd.

Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang baik, neniliki iman dan taqwa dan semangat bekerja semangat berusaha dalam mencari rezeki yang berkah dari Allah... Aamiin Allahumma Aamiin.






Komentar

Postingan Populer